Torayapos.co.id-Toraja Utara,– Salah satu yang mengawali tugas Kepala Dinas Pendidikan Toraja Utara, Martinus Manatan adalah melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah yang berada pada wilayah terpencil.
Pertimbangannya, agar dapat memudahkan bagi dirinya untuk mengambil keputusan-keputusan tepat yang terkait dengan pengembangan sekolah pada wilayah terpencil.
“Kunjungan saya ke sekolah-sekolah dalam rangka memantau pelaksanaan proses belajar mengajar, memberikan penguatan, mensupport, dan mengetahui apa kira-kira kekurangan dan perlu dibuat di sekolah itu,” jelas Martinus, Kamis (21/7/2022).
Disebutkan, mensupport teman-teman guru di lapangan itu sangat penting, sebab guru itu adalah ujung tombak kami (Dinas Pendidikan, red) mereka inilah menjadi kekuatan kami di dinas pendidikan untuk pelaksnaan proses belajar mengajar.
Martinus mengisahkan saat kunjungan ke wilayah Kecamatan Rantebua, dirinya menemukan SDN 7 Rantebua yang harus dilalui dengan berjalan kaki sekitar 30 Km dari jalan yang putus, dan jika tidak musim huja, dan jalan itu kering maka dapat ditempu dengan kendaraan roda dua. Intinya akses masuk ke sekolah itu susah. Dalam wilayah itu juga masih ada satu sekolah lain.
“Setelah saya amati kondisi alamnya di SDN 7 Rantebua, maka saya sampaikan pada guru bahwa dalam kondisi seperti ini tidak mungkin kita menuntut diberikan spirinbag, tripleks melamin, tegel tapi biarkanlah sesuai dengan perkembangan sesuai adanya, sebab misalnya kita mau semen maka biayanya berapa, karena kendaraan tidak bisa masuk,” imbuhnya.
Marthinus sebut, atas kondisi jalan tersebut dalam penangannanya perlu kolaborasi bersama dengan berbagai liding sektor, sebab kondisi ini perlu diperhatikan, gambarannya Toraja jalannya memang agak susah karena kondisi daerah pegunungan.
Selanjutnya, kata Martinus, akan melanjutkan kunjungannya pada wilayh-wilayah terpencil seperti di Parodo, Baruppu, dan Salu Balusu.
“Yang terpencil dulu yang akan dikunjungi supaya memudahkan saya mengambil keputusan. Sebab yang paling jauh itu siswanya makin sedikit tapi biayanya sangat besar, perolehan dana BOS nya semakin berkurang karena jumlah siswa kecil. Semakin terpencil semakin sedikit jumlah siswa, biaya digunakan semakin tinggi. Solusinya bagaiaman guru bermitra dengan masyarakat setempat, misalnya melalui acara Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’ supaya ada bantuan untuk sekolah, intinya kepala sekolah harus pandai –pandai seperti apa yang mau dilakukan agar sekolah itu bisa teratasi dalam pembiayaan,” pungkasnya. (yoel).
Komentar