oleh

JOHANIS LEMPANG: MENGKAMPANYEKAN GERAKAN PERUBAHAN DENGAN MENGGALI NILAI-NILAI EKONOMI DAN KEARIFAN LOKAL YANG NYARIS HILANG

Menurut para ahli Perubahan  adalah keadaan yang berubah. Di mana keadaan yang sekarang tidak sama dengan keadaan yang akan datang. 1)

Perubahan kebudayaan merupakan cara baru dalam upaya perbaikan terhadap bagaimana masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya. Perubahan kebudayaan mencakup berbagai hal mulai dari kesenian, teknologi, ilmu pengetahuan, bahkan sistem kemasyarakatan. 2)

Perubahan sosial adalah suatu perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terkait dengan pola pikir, sikap sosial, norma, nilai-nilai, dan berbagai pola perilaku manusia di dalam masyarakat. Setiap individu atau suatu masyarakat pasti akan mengalami perubahan secara terus-menerus. 3)

Dalam kajian sosiologi, perubahan sosial dipahami sebagai perubahan kehidupan masyarakat yang berlangsung tanpa henti. Ini akan terjadi sepanjang masa. Hakikat perubahan ini adalah keinginan setiap orang untuk selalu berubah agar keadaan menjadi lebih baik sesuai dengan kebutuhan. 4)

Cikal bakal Pa’misaran Bokin Pitung Penanian sudah mulai tahun 2012. Saat itu sudah melakukan kegiatan dan sudah menggalang dana namun saat itu belum bernama Pa’misaran Bokin Pitung Penanian. Karena saat itu sarana komunikasi dan informasi masih sangat terbatas yaitu belum adanya whatsapp sehingga cikal bakal Pa’misaran mengalami kevacuman.

Tahun 2018 bangkit kembali dengan semangat baru dan slogan yang sangat gencar dikampanyekan adalah gerakan perubahan pola pikir dan perilaku yaitu pola pikir konsumtif kearah pola pikir produktif. Gerakan perubahan pola pikir dikampanyekan secara terus menerus tiada henti di berbagai media baik koran cetak maupun elektronik, juga di medsos seperti grup fb, grup whatsapp, atau media lainnya seperti pembuatan atribut-atribut Pa’misaran Bokin Pitung Penanian berupa kalender tahunan dan baju kaos bertuliskan gerakan membangun kampung, juga pertemuan langsung dengan masyarakat seperti acara tammuan mali’ yang dilaksanakan tanggal 29 Desember 2018 di Saruran.

Kampanye gerakan perubahan pola pikir ini telah membuahkan hasil yaitu sedikit demi sedikit, dan setapak demi setapak telah merubah pola pikir masyarakat Bokin Pitung Penanian dalam membangun infrastruktrur secara swadaya dan swadana. Dari waktu ke waktu, dari tahun demi tahun semakin banyak masyarakat memahami dan menyadari sehingga ikut melibatkan diri dan mengambil bagian berpartisipasi dalam mendukung pembangunan infrastruktur yaitu menyumbang material, menyumbang dana, dan terlebih dalam konteks rambu solo’ dan rambu tuka’ sudah mulai terbangun sebuah kesadaran dan kebiasaan masyarakat untuk menyedia-

————————–

1) diunduh dari internet tanggal 10 Februari 2022 pukul 17.38 WIB

2) diunduh dari internet tanggal 10 Februari 2022 pukul 17.41 WIB

3) diunduh dari internet tanggal 10 Februari 2022 pukul 17.48 WIB

4) diunduh dari internet tanggal 10 Februari 2022 pukul 17.51 WIB

menyediakan/menyumbangkan natura dilelang untuk mengumpulkan dana mendukung kegiatan Pa’misaran Bokin Pitung Penanian dan alhasil Pa’misaran Bokin Pitung Penanian telah membangun infrastruktur di beberapa titik yang merupakan akses utama masyarakat Bokin Pitung Penanian menuju ke dan dari kota Rantepao sebagai ibukota Kabupaten Toraja Utara. Kesediaan masyarakat dalam menyediakan natura untuk dilelang bukan hanya masyarakat di kampung tetapi juga sudah menular ke daerah-daerah perantauan antara lain di Padang Sappa, di Sorong, di Jayapura dll.

Sambil pembangunan infrastruktur berjalan, kini Pa’misaran Bokin Pitung Penanian mulai memperluas wawasan berpikir sektor-sektor lain untuk mengkampanyekan pengembangan ekonomi pedesaan melalui kampanye gerakan perubahan dengan menggali nilai-nilai ekonomi dan kearifan lokal yang nyaris hilang.

1. Mengkampanyekan pengembangan ekonomi melalui gerakan pengembangan holtikultura :

a. Menanam sayur-sayuran berupa sayur sawi, sayur kol, sayur kangkung, sayur bayam, sayur labu, sayur pepaya,        kacang panjang, bulunangko (daun miyana)

b. Bumbu-bumbuan berupa lada katokkon (cabe menyerupai buah jambu air dan sangat pedas), lada barra’ (cabe           yang besarnya hampir sama dengan biji beras namun sangat pedas), jahe, sereh, bawang putih, bawang merah,         daun bawang, daun sop/seledri, camangi, lengkuas, merica.

c. Kacang-kacangan yaitu kacang tanah

d. Ramuan-ramuan berupa temu lawak, kencur

Semua bahan diatas dapat tumbuh di wilayah Bokin Pitung Penanian, sehingga tidak harus membeli dari luar. Daun bawang, daun sop/seledri, lada katokkon, lada barrra’ tidak memerlukan lahan luas. Pengalaman saya lihat dilakukan masyarakat Toraja di Ambon hanya membuat para-para dari potongan-potongan bambu lalu diisi tanah dicampur pupuk kandang. Jadi pengelolaannya tidak sulit namun menghasilkan uang. Di Dusun Sendana sudah ada salah satu contoh yaitu bapak Yohanis La’karan boleh dikata sudah berhasil menekuni menanam sayur-sayuran namun kurang dikenal karena kurang promosi.

2. Mengkampanyekan pengembangan ekonomi melalui gerakan budi daya ikan air tawar

Hampir semua kebutuhan ikan air tawar di Toraja didatangkan dari luar padahal kita bisa pelihara sendiri. Jadi kita kampanyekan dan mendorong masyarakat memelihara ikan mas (dalam Bahasa Toraja disebut bale karappe), ikan lele, (dalam Bahasa Toraja disebut bale tanduk), belut sawah (dalam Bahasa Toraja disebut lendong).

3. Mengkampanyekan pengembangan ekonomi melalui gerakan menanam pisang

Pohon pisang selain sebagai tanaman lindung, salah satu kearifan lokal jaman dulu jika ada kegiatan mengumpulkan orang banyak makan menggunakan daun pisang dan itu lebih alami, lebih nikmat, lebih sehat, dan tidak mengeluarkan uang. Makan menggunakan daun pisang juga tidak repot mencuci piring, Kearifan lokal ini sudah nyaris hilang karena sekarang menggunakan kertas padahal kertas itu belum tentu sehat karena pembuatan kertas melalui proses kimiawi dan mengeluarkan uang untuk beli.

Kearifan lokal lainnya dalam penggunaan daun pisang adalah nasi dimasukkan dalam wadah bakul (dalam bahasa Toraja disebut baka) dengan dilapisi daun pisang sehingga aromanya sangat wangi. Kearifan lokal ini sudah nyaris hilang karena jaman sekarang hampir semua makanan menggunakan wadah dari plastik dan ini efeknya bisa kurang baik karena tidak semua plastik bisa tahan panas. Jadi kita kembangkan kembali kearifan lokal ini jika ada kegiatan mengumpulkan orang banyak baik rambu solo’ dan rambu tuka’ atau kegiatan lainnya wajib menggunakan daun pisang sebagai alat makan.

Jadi ada yang memproduksi daun pisang dan ada yang membeli daun pisang. Tidak ada yang terbuang dari pohon pisang mulai dari batang, daun dan buah. Batang pisang menjadi sayur (dalam Bahasa Toraja disebut Burak) dan sayur burak sangat pavorit di kalangan masyarakat Toraja. Ayam kampung dimasak di bambu menggunakan Burak dengan bumbu-bumbuan yaitu cabe, sereh, bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, daun bawang. Jantung pisang juga menjadi sayur. Buah pisang dibuat dalam berbagai bentuk makanan jadi sehingga menghasilkan uang seperti pisang goreng (dalam Bahasa Toraja disebut sanggara’), di Makassar sangat terkenal pisang epek, pisang ijo, pallu butung, roko’-roko’ unti, keripik pisang, kola’, di tanah Luwu ada yang dikenal dengan dampo’ pisang. Ini semua menghasilkan uang.

4. Mengkampanyekan pengembangan ekonomi melalui gerakan memelihara ayam kampung

Sebagaimana diuraikan diatas bahwa sayur burak adalah temannya ayam kampung oleh karena itu kita kampanyekan gerakan memelihara ayam kampung. Selain daging ayam kampung sehat untuk dikonsumsi juga telur ayam kampung sangat bermanfaat untuk kesehatan. Telur ayam kampung dicampur madu sangat bermanfaat untuk penambah daya tahan tubuh. Kotoran ayam kampung juga sangat bermanfaat sebagai pupuk kandang untuk tanaman seperti daun bawang, daun sop/seledri, camangi, cabe dll. Memelihara ayam kampung tidak sulit karena bisa dilepas bebas.

5. Mengkampanyekan pengembangan ekonomi melalui gerakan menanam bambu dan betung

Bambu dan betung adalah tanaman multi fungsi. Dari sisi lingkungan hidup bambu dan betung adalah tanaman lindung. Jaman dulu dalam konteks masyarakat Bokin Pitung Penanian ada situasi angin kencang disertai hujan deras, orang tua-tua menyebutnya masiak deata. Waktu itu banyak rumah-rumah sederhana tiangnya terbuat dari Betung (dalam Bahasa lokal disebut pattung). Saat terjadi masiak deata rumah-rumah tersebut tidak goyang karena dikelilingi bambu dan betung yang sangat rindang. Sekarang banyak bangunan digoyang angin karena tidak ada lagi pelindungnya, tidak ada lagi pohon bambu dan pohon betung disekitarnya. Jadi kita kampanyekan menanam bambu dan betung disekitar pemukiman sebagai tanaman lindung. Tanaman bambu dan betung juga menyimpan air dalam tanah, sekaligus sebagai penahan agar tidak mudah terjadi longsor. Berikut fungsi-fungsi dari bambu dan betung sebagai tanaman multi fungsi dan mempunyai nilai ekonomi.

a. Alat Minum

Sama halnya dengan daun pisang, salah satu fungsi dari bambu yang merupakan kearifan lokal yang nyaris hilang adalah digunakan sebagai alat minum (dalam Bahasa lokal disebut tinggo’). Tinggo’ digunakan sebai alat minum pada kegiatan-kegiatan mengumpulkan orang banyak seperti rambu solo’ dan rambu tuka’ atau kegiatan lainnya. Fungsi ini lebih alami, lebih nikmat, lebih sehat, dan tidak mengeluarkan uang.

b. Alat Masak

Fungsi lain adalah digunakan sebagai alat masak. Salah satu makanan favorit masyarakat Toraja adalah makanan yang dimasak menggunakan bambu (dalam Bahasa Toraja disebut pa’piong). Semua jenis daging bisa dipiong menggunakan bambu, termasuk ikan-ikanan dan beras ketan juga dimasak dalam bambu lebih enak (dalam bahasa Toraja disebut piong bo’bo’). Ini juga menghasilkan uang. Jaman dulu di Pasar Saruran dan Pasar Rantepao banyak piong bo’bo’ di jual tapi sekarang sepertinya sudah jarang.

c. Barang Kerajinan

Bambu mempunyai nilai ekonomi, dibuat dalam berbagai bentuk produk jadi yaitu anyam-anyaman seperti baka, bingka’, sarongan, sarong pago dan ini bisa dijual dan menghasilkan uang. Sekarang di Bokin sdh tidak ada orang manganan (pengrajin) semua serba dibeli artinya mengeluarkan uang. Di Pulau Jawa bambu banyak dibuat menjadi bale-bale dan kursi untuk dijual. Fungsi bale-bale adalah tempat duduk-duduk/tidur-tiduran kalau lagi santai di rumah.

d. Peralatan Kerja

Parang dan pisau yang digunakan sebagai peralatan kerja semua menggunakan gagang (dalam Bahasa Toraja disebut ulu la’bo’) yang terbuat dari akar bambu. Tanpa gagang, parang tidak dapat berfungi dan bahan yang paling bagus dan paling kuat sebagai gagang parang adalah akar bambu. Jaman dulu di pasar banyak dijual akar bambu bersama parang yang tujuannya untuk gagag parang namun sekarang sudah jarang.

e. Barang Konsumasi

Tidak ada yang terbuang dari pohon bambu, mulai dari akar, batang sampai daun. Sayur bola termasuk sayur pavorit di kalangan masyarakat Toraja. Sayur bola terbuat dari tunas bambu dan betung yang masih mudah. Sayur bola juga menjadi bahan ekspor ke manca negara. Daun bambu dipake bungkus beras ketan lalu dikukus (dalam Bahasa Toraja disebut kasube). Kasube difungsikan sebagai makanan pembuka pada berbagai acara rambu tuka’

f. Peralatan Makan

Potongan-potongan kecil dari bambu dan pattung yang seharusnya sudah menjadi limbah dapat difungsikan sebagai barang berharga yaitu sumpit. Sumpit sekarang lagi ngetren karena restoran dan rumah-rumah makan tidak pake lagi sendok melainkan pake sumput dan ini menjadi sumber uang bahkan sumpit juga diekspor ke manca negara.

STRATEGI

Strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan ekonomi diatas adalah bisa dilakukan secara perorangan bisa juga dalam bentuk kelompok tani. Jika sudah terbentuk kelompok tani bisa bersinergi dengan Dinas Pertanian supaya Dinas Pertanian menunjuk pendamping dan penyuluh dalam mendampingi masyarakat untuk mengembangkan usahanya.

SUMBER PEMBIAYAAN

Jika usahanya sudah berjalan bisa mencari informasi bagaimana persyaratan dan prosedur mendapatkan KUR (kredit usaha rakyat) dari Bank BRI

MARKET

Jika usahanya sudah berjalan marketnya ada 2 cara yaitu :

1. Bisa dipasarkan sendiri yaitu datang langsung ke kota karena para kuliner atau warung-warung makan di kota memerlukan ikan karappe, ikan lele, lendong, sayur bulunangko, bambu. Bumbu-bumbu pa’piong diperlukan mereka seperti sereh, jahe, lengkuas, cabe, daun sop, camangi, daun bawang, bawang merah, bawang putih dan sebagainya. Saya dengar di Bolu ada warung Bokin.

2. Bisa bentuk koperasi. Sekarang Undang-undang Koperasi menyatakan 9 orang sudah bisa bentuk koperasi. Koperasi nilah nantinya akan menampung hasil-hasil kebun masyarakat lalu dipasarkan. Kalau menjadi anggota Koperasi pengrajin akan menerima SHU (Sisa Hasil Usaha)

KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa intinya adalah kemauan, tekad, kerajinan, ketekunan, keuletan, dan jangan bilang susah, sulit, malas. Kata pak Jokowi kalau tidak dimulai dari sekarang, tidak akan dimulai-mulai, dan kalau tidak dimulai-mulai sampai kiamat tidak akan dimulai-mulai.

*) Penulis berprofesi sebagai ASN, pemerhati masalah-masalah sosial, admin grup Pa’misaran Bokin Pitung Penanian (sebutan Ketua), anggota tim ekonomi kreatif Pengurus Pusat Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia. (redaksi).

 

Komentar