oleh

T3C Seminarkan Tingginya Angka Kasus Bunuh Diri dan Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Toraja

Torayapos.co.id-Toraja Utara,–Toraja Child Care Centre atau T3C menjadi perhatian khusus pada  tingginya angka kasus bunuh diri di Toraja dan kasus kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur.

Terkait hal itu, T3C menghadirkan psikologi anak terapis dan anak berkebutuhan khusus (ABK) dari Jakarta, Susi Rio Panjaitan, M.Si, C.T sebagai pemateri dalam Seminar Anak Toraja yang digelar selama dua hari dari tanggal 20-21 Januari 20203.

Seminar itu mengangkat thema “Bijak dalam Menghadapi Anak di Era Milenial” bertempat di Ruang Pango Pango Hotel Misliana ini  dihadiri oleh ratusan guru dan orang tua.

Ketua lembaga T3C  Rotua Siregar mengatakan bahwa lewat seminar ini bertujuan agar banyak guru dan orang tua punya pemahaman yang benar cara mengasuh dan mendidik anak.

Lewat acara ini kata Rotua harapannya dapat menolong anak dari kekerasan seksual dan mengurangi angka bunuh diri yang masih marak di kalangan remaja dan pelajar.

“Lewat acara ini dapat menolong anak dari kekerasan seksual dan mengurangi angka bunuh diri,” jelasnya.

Susi Rio Panjaitan dalam materinya memaparkan tentang kreatif mengajar di era digital, Psikologi ABK,  Mengenal Karakteristik Anak yang di peruntukkan bagi guru sedangkan pemaparan materi tentang pendidikan seks untuk anak, Kesehatan mental anak, dan kompak mengasuh anak yang di peruntukkan bagi orang tua.

Merasa prihatin dengan kondisi angka bunuh diri yang tinggi dan kekerasan seksual terhadap anak di Toraja menjadi faktor utama Susi Rio sebagai seorang  terapis anak hadir memberikan materi dal seminar ini, Walaupun dalam waktu yang terbatas ini namun harapan Susi, bisa membuka pemahaman bagi peserta sehingga guru dan orang tua tidak  hanya sekedar jadi pendidik tetapi juga jadi pelindung bagi anak.

“Semua orang Dewasa di Toraja menjadi pelindung bagi anak, menolong anak, mendidik mereka supaya bertumbuh dan berkembang sebagaimana yang seharusnya” harap Susi.

Sementara Salah Satu peserta yang berprofesi sebagai kepala sekolah PAUD di Nanggala, Mery, merasa senang bisa mengikuti seminar ini karena menurutnya sesuatu pembenaran yang selama ini dianggap sepele tatapi lewat pertemuan ini dirinya bisa lebih memahami dan mengerti bahwa berbicara tentang seks itu tidak setabuh yang dipikirkan.

“Sangat berharap ada kesempatan lagi bisa ikut dan kegiatan ini bisa berkelanjutan lagi untuk seterusnya, sehingga bisa menyelamatkan anak di era digital ini terkhusus dari ancaman kekerasan seksual,” pungkas Mery. (*/yoel).

Komentar