oleh

Menarik, Ibu-Ibu Berpakaian Adat Toraja dalam Peringati Hari Jadi R A Kartini ke 140

RANTEPAOPOS.ID-TORAJA UTARA,–Upacara peringatan hari jadi Raden Ajeng Kartini ke 140 diperingati  pemerintah kabupaten Toraja Utara, Senin (22/4/2019) di halaman Kantor Bupati Toraja Utara.

Uniknya peringatan kali ini para ibu-ibu menggunakan busana adat kebaya toraja yang warna-warni dengan dihadiri unsur  Muspida  Toraja Utara.

Di antara Muspida itu adalah Kapolres, Dandim 1414 Tana Toraja, Kajari Tana Toraja, Wakil Ketua Pengadilan Makale, SekdaToraja Utara, Pimpinan SKPD, Pimpinan Organisasi wanita, ketua dan Anggota Darma wanita, Gabungan Organisasi wanita  serta peserta PKL Taruna IPDN.

Juga hadir  segenap ASN di lingkup Pemerintah Kabupaten Toraja Utara.

Bupati Toraja Utara, Dr Kalatiku Paembonan ,M Si  inspektur upacara dalam peringatan ini. Buapti menyebutkan, perjuangan ibunda Kartini merupakan landasan yang kokoh untuk mengangkat derajat wanita Indonesia melalui persamaan gender.

Katanya, 140 tahun yang lalu .Rajeng Ajeng Kartini miliki kecerdasan visi, misi dan jangkauan yang luar biasa sehingga banyak hal yang bisa menghidupkan dari perjuangan Kartini.

“Laki-laki sudah mendapatkan pedoman dan tuntunan dari perjuangan Rajeng Ajeng Kartini. Dalam perkembangan politik saat sekarang, sudah 30 persen wanita Indonesia terlibat didalamnya, dalam SDM sudah satu orang wanita menjadi presiden RI. Di Toraja Utara sekitar 9 orang wanita menduduki jabatan eslon II, camat.  Kita sungguh-sungguh mempedomani visi dan misi beliau,” ungkap bupati dalam kekagumannya RA Kartini.

Bupati juga mengajak sebagai harapan, agar bagaimana wanita harus ditumbuh kembangkan mengambil peran dalam pembangunan seperti dalam agama, institusi pemerintahan sebagai wujud  kepercayaan yang memiliki nilai tinggi dalam mengambil keputusan.

Sekilas profil Raden Ajeng Kartini, Ia  lahir tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, ia wanita yang mempelopori kesetaraan derajat antara wanita dan pria di Indonesia. Hal ini dimulai ketika ia merasakan banyaknya diskriminasi yang terjadi antara wanita dan pria pada masa itu, dimana beberapa perempuan samasekali tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan, juga dialami Kartini ,tidak diperbolehkan melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.Ia sering berkorespondensi dengan teman- temannya di luar negri dan akhirnya surat tersebut dikumpulkan oleh Abendanon dan diterbitkan sebagai buku dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”

Sebelumnya, dia bersekolah di sekolah Europese Lagere School(ELS), yang berbahasa Belanda. Habis Gelap Terbitlah Terang membuat Kartini memiliki cara berpikir yang terus berubah. Dan akhirnya wafat pada usia 25 tahun, dan oleh Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indoneaia No 108 tahun 1964 tanggal 2 mei 1964, menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, sekaligus penetapan tanggal 21 april 1879 hari lahir, dan diperingati setiap tahun sebagai hari besar Nasional yang disebut dengan ‘Hari Kartini’.

Reporter : Basry

Editor : Yoel R. Datubakka

Komentar