Torayapos.co.id-Toraja Utara,– Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bupaten Toraja Utara gelar simulasi pemungutan dan perhitungan suara untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel serta Bupati dan Wakil Bupati Toraja Utara di area halaman Gereja Toraja Jemaat Karassik Kecamatan Rantepao, Sabtu (9/11-2024).
Simulasi ini dihadiri Komisioner KPU Kabupaten Tana Utara Divisi Tehnis Penyelenggara Pemilu, Semuel Rianto Tappi , Divisi Sosdiklih ,Parmas dan SDM,Harsal Lahiya, Divisi Perencanaan, Data dan Informasi Furdan Mansyur Batkam bersama Ketua Bawaslu Toraja Utara Briken Linde Bonting
Semuel Rianto Tappi menjelaskan bahwa giat simulasi pemungutan dan perhitungan suara ini untuk memberikan cerminan atau gambaran untuk mengedukasi kepada pemilih sehingga para pemilih dapat mengetahui alur tahapan dan mekanisme di Tempat Pemungutan Suara (TPS) .
“Sesuai dengan Rancangan Peraturan Komisi Pemilhan Umum tongsura itu ada skema dena TPS posisi KPPS itu berubah, dan ini dilakukan dalam rangka memastikan keamanan, transparansi serta hak suara dari pemilih,” jelasnya.
Lanjutnya, juga sebagai sarana mengedukasi kepada penyelenggara dengan menghadirkan PPS dan PPK. Harapanya kita adalah agar penyelenggara baik itu terhadap PPK, PPS ketika turun melakukan Bimtek bisa melakukan simulasi mini penyelenggaraan pemungutan suara di masing masing TPS nya
Dikatakan, kami (KPU) memilih simulasi hari ini di TPS 2 Kelurahan Karassik, Kecamatan Rantepao dengan pemilih yang ada sebanyak 389 pemilih reel di TPS ini, jadi tidak ada pemilih yang didatangkan diluar dari TPS 2 ini.
“Kita berharap juga simulasi ini bukan hanya simulasi yang normal, ada DPTB, adapun ada masyarakat yang punya KTP luar katakan yang disekenariokan bisa dipaksakan masuk di TPS. Harapan kita hal-hal itu bisa dilakukan di TPS ini sehingga itu nanti penyelenggara bisa mengantisipasi,” imbuhnya.
Kemudian, lanjut Semuel, terkait dengan perubahan skemea yang berubah adalah posisi KPPS, yang dulunya posisi berbaris, kemudian saksi berhadapan dengan KPPS, dan saat ini mereka langsung di belakangnya KPPS. Sehingga itu jadi kontrol awal bagi pemilih ketika masuk, termasuk soal pemberitahuan.
“Kemarin-kemarin kita masih bisa luput dari pengguna KTP luar itu bisa memaksakan masuk karena pengawasnya disebelah, saksinya juga disebelah sementara KPPS di sebelah lain. Dan kalau ini (posisi yang sekarang) mereka sudah menyatu sehingga setiap pemilih masuk mereka sudah langsung ketahui awal ini berhak atau tidak,” pungkasnya.
Kata Semuel, saat ini kita lihat dalam simulasi ini ada bilik yang rendah posisinya daripada bilik suara lain, bilik suara yang rendah itu adalah dikhususkan bagi pemilih disibalitas, karena memang penekanannya kita (KPU) demokrasi elektoral hari ini dia harus pro terhadap persoalan inklusi sosial. (yoel).
Komentar