Torayapos.co.id-Toraja Utara,–Menangani masalah stunting lebih sulit dibanding pencegahan, sehingga saya harapkan kita prioritaskan bagaimana cara upaya pencegahan agar tidak lahir lagi stunting-stunting baru tanpa mengabaikan intervensi stunting yang sudah ada.
Hal itu ditegaskan Pjs Bupati Toraja Utara, Amson Padolo dalam kegiatan evaluasi intervensi spsisifik stunting tingkat Kabupaten Toraja Utara, Rabu (2/10) di Aula Gedung Jayata, Bolu, Kecamatan Tallunglipu, yang digelar oleh Dinas Kesehatan Pemkab Toraja Utara.
Untuk itu, lanjut Amson, sangat dibutuhkan sinergitas antara seluruh leading sektor baik di tingkat OPD terkait, tingkat Kecamatan, Lembang, Lurah, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat hingga di tingkat Kabupaten.
Jadi, senantiasa melakukan kolaborasi bagaimana melakukan percepatan penurunan angka stunting di Kabupaten Toraja Utara demi menyambut Generasi Emas 2045. merujuk kepada generasi yang diharapkan menjadi pemimpin bangsa Indonesia pada tahun 2045.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Toraja Utara, Elisabeth menjelaskan bahwa stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar menurut usia anak (dibawah 5 tahun). Sebab, jika sudah diatas 5 tahun, tidak lagi disebut stunting tetapi penyintas stunting.
“Perlu kita memahami stunting tidak sama dengan kerdil, tidak sama dengan istilah badan pendek saja, tetapi stunting adalah TB/PB badan pendek akibat kurang gizi secara kronis. Karenanya, orang pendek tidak selalu stunting tapi anak stunting sudah pasti pendek sebab banyak masyarakat bahkan pihak tertentu yang mengklaim bahwa anak/masyarakatnya tidak stunting karena meskipun pendek,” terangnya.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Toraja Utara, Yosep Ruruk R. Para’pak menambahkan bahwa Toraja Utara berusaha mencegah lahirnya stunting-stunting baru tanpa menelantarkan stunting yang sudah ada, dengan cara memastikan semua ibu hamil sudah terdaftar dan diperiksa sedini mungkin sehingga bila mana ada ibu hamil yang kekurangan energi kronis itu langsung dilakukan intervensi pemberian makanan tambahan berpangan lokal.
“Tahun ini kita ditarget 14% namun itu sulit tercapai dengan waktu dua bulan dan untuk tahun depan untuk tingkat Sulsel yang harus dicapai 39% sehingga sangat banyak PR bagi Pemerintah Daerah baik dari segi tenaga pengukur, alat sarana dan prasana yang sudah tidak standar lagi. Sehingga, perlu pembenahan baik dari sisi SDM terampil sangat dibutuhkan maupun peralatan yang digunakan harus standar dan kegiatan hari ini masuk di bidang program bidang kesehatan masyarakat melibatkan banyak lintas sektor,” katanya.
Diketahui, kegiatan pertemuan ini membahas teknis entri, pemanfaatan data hasil intervensi spesifik penanganan stunting dan publikasi data stunting Tahun 2024 di Kabupaten Toraja Utara. (yoel).
Komentar