oleh

PERLUNYA MEMACU INTERVENSI PENDIDIKAN GIZI YANG INOVATIF SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN STATUS GIZI BALITA

(Goresan sederhana dalam memacu perbaikan gizi balita) Oleh :Vertiana Lisa Parubak (Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS).

Dalam sebuah keluarga apakah arti seorang anak bagi kita? Tentu kita akan menjawab bahwa anak adalah sebuah anugerah dari Tuhan yang harus kita rawat dan jaga . Lantas bagi Negara apa arti seorang anak? Tentu sebagian besar dari kita akan menjawab bahwa anak adalah generasi bangsa yang akan menentukan arah masa depan bangsa ini.

Untuk mewujudkan hal tersebut kita harus menyadari bahwa anak-anak harus tumbuh sehat dan cerdas. Terlepas dari harapan kita kepada seorang anak, terpampang kenyataan bahwa di Negara kita sendiri masih tingginya angka prevalensi balita yang mengalami underweight.

Data terbaru dari laporan SSGI 2021 melaporkan bahwa distribusi data balita 0-59 bulan yang mengalami underweight dengan indicator BB/U secara nasional prevalensinya sebesar 17%. Sedangkan Jika dibandingkan dengan data SSGBI 2019 prevalensi balita underweight meningkat pada tahun 2021 dari 16,3% menjadi 17%.

Jika dibandingkan dengan target kinerja gizi 2024 yang menargetkan prevalensi balita underweight sebesar 12% hal ini tentunya masih menjadi pekerjaan rumah yang bukan hanya perlu diselesaikan oleh sector terkait misalnya Dinas Kesehatan dan jajaran perangkatnya namun juga menjadi masalah yang harus diselesaikan secara bersama mulai dari perangkat pemerintahan hingga ke seluruh lapisan masyarakat.

Banyak hal yang telah dilakukan oleh Pemerintah terkait penanggulangan perbaikan gizi di kalangan anak balita salah satunya adalah dengan pengaktifan posyandu di semua daerah yang ada di Indonesia. Namun tak dapat dipungkiri bahwa salah satu kendala dalam menjalankan program ini adalah masih rendahnya minat masyarakat untuk membawa anaknya ke posyandu selama 5 tahun pertama kehidupan anak.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa partisipasi Ibu membawa anaknya ke posyandu tinggi hanya ketika berada di usia pemberian imunisasi lengkap pada anak yakni di usia 0-24 bulan (0-2 tahun), selepas dari usia tersebut pengontrolan terhadap tumbuh kembang anak telah hilang dan dianggap selesai bagi sebagian besar Ibu. Padahal posyandu untuk balita diperuntukkan untuk bayi usia 0-5 tahun.

Setidaknya ada minimal 4 peran posyandu dalam membantu tumbuh kembang anak diantaranya : untuk memantau status tumbuh kembang anak, pemberian imunisasi pada anak, pemberian penyuluhan gizi terhadap Ibu balita, merujuk balita yang mengalami masalah kesehatan dan masalah terkait gizi ke Puskesmas “ sebagai lampu kuning bagi ibu jika dalam dua bulan berat badan bayi tidak ada perubahan, jika sudah dalam status lampu merah maka posyandu akan merujuk balita ke Puskesmas”.

Jika kita mengamati secara seksama peran posyandu sebagai wadah pemantauan tumbuh kembang anak jika didukung oleh semua lapisan masyarakat akan menjadi wadah yang sangat berguna untuk memacu intervensi pendidikan gizi di kalangan Ibu terkait gizi balita mereka. Posyandu yang dilakukan minimal 1x sebulan bisa menjadi sarana/wadah yang tepat bagi petugas gizi dan kader posyandu untuk mnyampaikan pesan-pesan gizi seimbang khususnya bagi gizi balita 0-5 tahun yang rentan mengalami malnutrisi.

Petugas gizi bukan hanya berfungsi saat kejadian malnutrisi telah terjadi tetapi perlunya tindakan pencegahan sebelum masalah gizi tersebut terjadi. Sebagai contoh ketika keadaan kekurangan gizi telah terdeteksi pada balita (balita mengalami status gizi underweight) sangat diperlukan komunikasi dua arah (petugas gizi dan Ibu balita) yang bermuara pada perubahan perilaku Ibu balita terkait gizi ,dalam hal ini ditekankan pada intervensi pendidikan gizi terkait MPASI, teknik pemberian PMT (Pemberian Makanan Tambahan )Balita yang sudah terdeteksi malnutrisi.

Dibutuhkan kesadaran dan perubahan mindset Ibu sebagai perpanjangan tangan dari petugas kesehatan untuk menanggulangi kekurangan gizi pada anak balita. Karena jika bukan kita yang berubah dari lingkungan terkecil kita “keluarga” siapa lagi yang akan berubah untuk kebaikan anak kita sendiri? Seperti kata pepatah “dimana ada kemauan pasti selalu ada jalan”.

Untuk Ibu yang bekerja dan sibuk di luar rumah ada solusi inovatif yang baik untuk kita terapkan seperti bergabung dalam whatsapp grup dengan perangkat posyandu, dan petugas kesehatan akan memberikan pelatihan singkat mengenai cara mengukur berat badan dan tinggi anak, sehingga Ibu juga bisa melakukan hal serupa di rumah kemudian melaporkan melalui whatsapp grup terkait BB dan TB serta konsultasi masalah gizi anak untuk kemudian datanya diolah oleh petugas kesehatan dan diberikan solusi oleh petugas kesehatan.

Untuk itu marilah kita semua khususnya para Ibu-Ibu yang masih memiliki balita (0-5 tahun) ayok ramaikan posyandu, jika tidak memiliki waktu mari gunakan inovasi teknologi seperti yang telah dijelaskan diatas.

Kita harus berpartisipasi aktif memantau tumbuh kembang anak dan yang paling penting bersifatlah “open minded” terhadap pendidikan gizi balita, ingatlah petugas kesehatan bukan ingin meremehkan cara kita memberi makan terhadap anak kita, namun petugas kesehatan hanya tak ingin balita kita terpenjara dalam status gizi yang tidak baik yang akan mempengaruhi masa depan balita kita. Kita harus mengingat bahwa pemenuhan gizi bagi anak, adalah kunci kemajuan dan kekuatan Bangsa. Semangat menyehatkan Bangsa!!

Komentar