RANTEPAOPOS.ID-TANA TORAJA,– Kepergian almarhumah Den Upa’ Rombelayuk meninggalkan kenangan indah ditengah keluarga, masyarakat, gereja dan organisasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
Den Upa’ Rombelayuk sebagai salah satu pendiri AMAN. Ia menutup usia tepat 74 tahun pada dini hari, Minggu (2/6/2019) di Rumah Sakit Elim Rantepao Toraja Utara setelah mendapat penanganan medis akibat sakitnya yang tiba-tiba merasa sesak dan drop.
Pada malam kebaktian penghiburan, Selasa (4/6) di rumah duka di Tanete Kindan, Dulang Madandan, kecamatan Rantetatyo Kabupaten Tana Toraja. Pendeta yang mengambil bagian dalam pelayanan itu menjelaskan secara singkat tentang kenangan indah yang ditinggalkan Almh. Den Upa’ Rombelayuk sebagai warga gereja di jemaat di situ.
Pendeta megisahkan bahwa Almh. selama hidupnya, dia adalah sosok yang patut diteladani. Sebab, ia memiliki kepribadian yang baik, tidak membeda-bedakan satu dengan lainnya, terlebih nasehat-nasehatnya yang senantiasa membakar semangat di tengah keluarga, masyarakat dan di dalam jemaat gereja.
“Setiap hari Minggu ibu Den Upa Rombelayuk selalu memberikan support yang membuat saya semakin semangat dalam pelayanan, susana ini juga dirasakan oleh anggota jemaat kami di gereja,” kisah pendeta itu.
Pendeta sebutkan kalau almarhumah bagaimanapun sibuknya karena kegiatan lain, tapi tetap meluangkan waktu untuk hadir dalam acara-acara kemasyarakatan termasuk dalam acara upacara kematian.
Hal yang sama dirasakan Mantan Wakil Bupati Toraja Utara, Frederik Buntang Rombelayuk. Ia menceritakan kenangan indah almarhumah yang sulit dilupakan. Dikatakan, almarhumah punya kepedulian yang sangat tinggi terhadap keluarga maupun di tengah masyarakat.
Buntang memberi contoh, saat Pemerintah Kabupaten Toraja Utara sedang dalam masalah sampah yang sudah menumpuk dalam kota. Alarmhumah kakaknya itu mendekati dirinya dan memberikan pemahaman agar tanah miliknya (Buntang Rombelayuk) yang berada di Rantebua dapat dipinjamkan kepada pemerintah untuk digunakan sebagai tempat pembuangan akhir sementara.
Pemahaman yang disampaikan itu, jelas Buntang, diantaranya bahwa kita sangat prihatin dengan kondisi yang dialamai pemerintah daerah, dimana telah bersusah payah untuk mencari lahan pembuangan sampah sementara tapi tidak ada. Sehingga jika sampah dibiarkan bertumpuk dalam kota Rantepao akan memperlihatkan kota tidak bersih/sehat, juga rentan membawa wabah penyakit bagi masyarakat termasuk dengan anak-anak sekolah bagaimana bisa belajar dengan baik jika terganggu dengan bau sampah di mana-mana.
“Masukan dari kakak almarhumah sekaligus ibu saya ini, membuat saya tergugah akhirnya lokasi tanah yang ada di Rantebua kami pinjamkan kepada pemerintah kabupaten Toraja Utara untuk dijadikan tempat pembuangan sementara,” kisah Buntang.
Buntang bercerita tentang kedekatannya dengan almarhumah. Ia mengatakan Alamrhumah itu perhatiannya luar biasa di tengah keluarga dan juga pada dirinya. Bentuk perhatian itu diantaranya jika setiap hari minggu selalu diingatkan agar pergi ke gereja. Juga sering berkunjung ke rumah hanya untuk menanyakan perkembangan sakitnya (Buntang) pada kaki yang sering dirasakan keram.
Selain itu kata Buntang, dua hari sebelum kakaknya meninggal, almarhumah masih sempat mengirimkan makanan untuk dirinya, dan makanan yang dikirim itu belum habis sampai saat ini dan masih tersimpan di dalam kulkas.
“Ini kesan-kesan yang yang ditinggalkan kakak saya sekaligus ibu saya yang sulit saya lupakan,” kata Buntang sambil meneteskan air mata.
Kepergian Den Upa Rombelayuk ini sangat mengejutkan dan merasa kehilangan dari semua kerabat, kolega, teman seperjuangan dan keluarga besar Masyarakat Adat se-nusantara.
Berikut ucapan turut berduka cita dan kisah kenagan yang datang dari semua kolega yang sangat mencintainya, terutama warga Masyarakat Adat Nusantara seperti yang dikutip dari website resmi AMAN, Minggu (2/6/2019)
Dintaranya, Abdon Nababan, Sekjen AMAN periode 2007-2017 menyampaikan
“Ibu Den Upa Rombelayuk, salah seorang Penggagas/Pendiri/Deklarator AMAN, Mantan Kordinator Dewan AMAN 1999-2003, Anggota DAMANNAS 2003-2012, Anggota DAMANWIL Sulsel, Ibunda dari Sekjen AMAN Rukka Sombolinggi, telah meninggal dunia tengah malam tadi di Toraja. AMAN berduka dan kehilangan seorang pejuang hak Masyarakat Adat yang tidak kenal lelah semasa hidupnya. Mohon doa untuk kelancaran perjalanan beliau memenuhi panggilan pulang Sang Khalik. Mohon keikhlasannya untuk memaafkan jika selama berinteraksi di AMAN ada yang tidak berkenan,”
Boedhi Wijardjo juga menulis pesan di WA Gerakan AMAN yang mengatakan, saya turut berduka dan bersedih serta merasakan kehilangan seorang sahabat yang baik, konsisten dengan bicaranya yang meledak-ledak penuh semangat. Seumur hidupnya dipergunakan untuk berjuang bersama kawan-kawan dalam memperjuangkan kehidupan yang lebih baik bagi Masyarakat Adat di Indonesia.
Saya masih ingat bagaimana susahnya menerima tekanan dan bagaimana mensiasati agar ada pertemuan yang bersejarah di atas bumi Toraja yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya sebuah organisasi yang bernama JAPHAMA yang nota bene juga memberikan andil besar/memprakarsai lahirnya AMAN.
Meskipun sudah sangat lama tidak bertemu namun terakhir sempat berkomunikasi dengan hangat dan penuh senyuman dengan beliau. Sebagai manusia biasa, saya tidak pernah menyangka itu adalah komunikasi yang terakhir kali dengan beliau. Selamat jalan Bu Den Upa yang terlebih dahulu pergi meninggalkan kita bersama.
Ibu Den, mohon, jangan lagi merasa kuatir dengan AMAN…. karena penerusmu tak terbilang jumlahnya dan saya yakin mereka akan mampu mrnghadapi semua tantangan yang ada pada jamannya.
Semoga Allah menerima amal baiknya semasa hidupnya (dari Boedhi Wijardjo, salah seorang sahabatmu yang tidak pernah berselisih pendapat denganmu dan suamimu, namun lebih banyak berkelakar dan rasan-rasan rejim orba pada saat itu).
Ideng Putri menulis kisah tersendiri lagi:
Wani inna lillahi waina iroziun, kami keluarga besar Paser (Kaltim-red) turut berduka cita atas perginya Ibu Den Upa. Selamat jalan Ibu Den Upa! Ada satu hal kenangan yang tak pernah aku lupakan dari seorang Ibu Den Upa ini, yaitu ketika kami menutut hak kaum perempuan pada saat KMAN Pertama di (Bundaran) HI. Waktu rapat, kami dibagi-bagikan satu buah sapu untuk diayun-ayun ke atas apabila dalam forum rapat tidak mendengarkan suara kaum perempuan.
Saya kira kami disuruh nyapu, taunya itu tujuannya supaya suara kaum perempuan didengar dalam mengambil keputusan.
Ini seorang ibu yang hebat patut dicontoh. Sekali lagi Ibu Den Upa selamat jalan semoga diterima amal ibadahnya.
Demikian kisah indah yang disampaikan sejumlah sahabat, kolega dan keluarga almarhuma Den Upa’ Rombelayuk.
Lewat kesempatan ini, pimpinan dan staf redaksi Media Rantepao Pos, menyampaikan turut berduka cita atas kepergian Ibu Den Upa’ Rombelayuk, semoga amal dan ibadahnya diterima Tuhan, dan keluarga yang ditinggalkan mendapat penghiburan sejati dari Tuhan. (Yoel)
Komentar